Senin, 21 Juli 2014
penyesalah sang ayah
Renungkan dan ambillah pelajaran dari kisah berikut!
(Mohon jangan diabaikan).
Seorang bapak menghapus air mata penyesalan, dia teringat akan mimpinya tentang putrinya yang meninggal beberapa saat sebelumnya, akibat serangan penyakit yang tidak dapat diselamatkan.
Bapak ini bercerita, "Aku melihat putriku memandangku seraya berkata: Hasbiyallah wa ni'mal wakil (Cukuplah Allah sebagai pelindungku), dia mengucapkannya berkali-kali."
Aku mendekapnya erat-erat, lalu aku bertanya: "Siapa yang engkau maksud putriku, demi dirimu aku akan balas dendam kepadanya?"
Putriku menjawab, "Engkau ayahku, engkau yang telah menyebabkan diriku dan tidak menjagaku sebaik mungkin. Engkau telah mengkhianati amanah. Engkaulah ayahku, penyebab segala yang aku alami ini. Cukuplah Allah yang akan membalas semua kesalahanmu."
Aku dikagetkan dengan suara putriku itu, lalu aku bertanya-tanya keheranan: "Engkau di mana sekarang, putriku?"
Dia menjawab seraya berkata, "Apakah engkau tidak mengetahui di mana aku sekarang?"
Seketika itu, wajahnya berubah. Dari kedua matanya seolah-olah memancarkan sinar berapi.
Putriku berkata, "Aku berada di salah satu tempat di neraka."
Aku bertanya, "Kenapa hal ini terjadi? Kesalahan apa yang menyebabkan dirimu celaka, wahai anakku?"
Putriku menjawab, "Engkaulah penyebabnya, ayahku! Engkau mendapatkanku dan saudara-saudaraku menonton film yang tidak bermanfaat hingga tengah malam. Namun engkau tidak melarang kami. Ketika kami tidur tidak melaksanakan shalat Shubuh, engkau tidak membangunkan kami. Bahkan, engkau mengajak kami ke tempat-tempat penjualan film untuk membeli film terbaru. Kita tidak merasa malu ketika penjualnya mengatakan sesuatu yang tidak pantas didengar. Kita pun tidak memperhatikan ocehannya. Kita malah asyik tertawa terbahak-bahak. Apabila hendak pergi ke pertokoan, kami bersolek dan berdandan dengan wewangian tanpa dibarengi seorang muhrim, agar kami dapat memikat pemuda-pemuda. Engkau pun tidak menghiraukan dan memperhatikan kami. Engkau tidak pernah..."
Ketika itu, terputuslah pembicaraannya, aku berteriak ketakutan, "Percayalah padaku...!" Walaupun aku gagal mendidik putriku, tapi aku berharap tidak bangun terlebih dahulu sebelum putriku mngakhiri pembicaraannya. Karena aku ingin menghindari berbagai kesalahan yang telah aku lakukan terharap putriku ini. Sehingga, aku tidak salah lagi dalam mendidik putri-putriku yang lain. Aku berjanji untuk mendidik mereka dengan pendidikan Islam yang benar.
Sekarang, aku berharap kepada siapa saja yang telah membaca kejadianku yang sangat menyedihkan ini untuk menengadahkan kedua tangannya ke langit dan berdoa bersamaku, "Semoga Allah mengampuni putriku yang telah menyadarkanku, sehingga aku mendapat petunjuk dari Allah."
Aamiin Ya Rabbal'alamiin
(Mohon jangan diabaikan).
Seorang bapak menghapus air mata penyesalan, dia teringat akan mimpinya tentang putrinya yang meninggal beberapa saat sebelumnya, akibat serangan penyakit yang tidak dapat diselamatkan.
Bapak ini bercerita, "Aku melihat putriku memandangku seraya berkata: Hasbiyallah wa ni'mal wakil (Cukuplah Allah sebagai pelindungku), dia mengucapkannya berkali-kali."
Aku mendekapnya erat-erat, lalu aku bertanya: "Siapa yang engkau maksud putriku, demi dirimu aku akan balas dendam kepadanya?"
Putriku menjawab, "Engkau ayahku, engkau yang telah menyebabkan diriku dan tidak menjagaku sebaik mungkin. Engkau telah mengkhianati amanah. Engkaulah ayahku, penyebab segala yang aku alami ini. Cukuplah Allah yang akan membalas semua kesalahanmu."
Aku dikagetkan dengan suara putriku itu, lalu aku bertanya-tanya keheranan: "Engkau di mana sekarang, putriku?"
Dia menjawab seraya berkata, "Apakah engkau tidak mengetahui di mana aku sekarang?"
Seketika itu, wajahnya berubah. Dari kedua matanya seolah-olah memancarkan sinar berapi.
Putriku berkata, "Aku berada di salah satu tempat di neraka."
Aku bertanya, "Kenapa hal ini terjadi? Kesalahan apa yang menyebabkan dirimu celaka, wahai anakku?"
Putriku menjawab, "Engkaulah penyebabnya, ayahku! Engkau mendapatkanku dan saudara-saudaraku menonton film yang tidak bermanfaat hingga tengah malam. Namun engkau tidak melarang kami. Ketika kami tidur tidak melaksanakan shalat Shubuh, engkau tidak membangunkan kami. Bahkan, engkau mengajak kami ke tempat-tempat penjualan film untuk membeli film terbaru. Kita tidak merasa malu ketika penjualnya mengatakan sesuatu yang tidak pantas didengar. Kita pun tidak memperhatikan ocehannya. Kita malah asyik tertawa terbahak-bahak. Apabila hendak pergi ke pertokoan, kami bersolek dan berdandan dengan wewangian tanpa dibarengi seorang muhrim, agar kami dapat memikat pemuda-pemuda. Engkau pun tidak menghiraukan dan memperhatikan kami. Engkau tidak pernah..."
Ketika itu, terputuslah pembicaraannya, aku berteriak ketakutan, "Percayalah padaku...!" Walaupun aku gagal mendidik putriku, tapi aku berharap tidak bangun terlebih dahulu sebelum putriku mngakhiri pembicaraannya. Karena aku ingin menghindari berbagai kesalahan yang telah aku lakukan terharap putriku ini. Sehingga, aku tidak salah lagi dalam mendidik putri-putriku yang lain. Aku berjanji untuk mendidik mereka dengan pendidikan Islam yang benar.
Sekarang, aku berharap kepada siapa saja yang telah membaca kejadianku yang sangat menyedihkan ini untuk menengadahkan kedua tangannya ke langit dan berdoa bersamaku, "Semoga Allah mengampuni putriku yang telah menyadarkanku, sehingga aku mendapat petunjuk dari Allah."
Aamiin Ya Rabbal'alamiin
Langganan:
Postingan (Atom)